Siapa yang tidak mengenal puisi, biasanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia selalu dibahas. Seperti Contoh Puisi Lama Dan Puisi Baru yang tak jarang banyak siswa dan siswi di sekolah yang belum mengentahui bagaimana ciri-ciri pembedanya. Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi wawasan kepada kamu semua yang mendapatkan materi ini dari sekolah.
Pengeritian Puisi Lama : puisi yang terikat pada baris, bait, rima dan irama dan belum mendapatkan pengaruh asing
Pengertian Puisi Baru : bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rimaPe (tidak terikat/bebas).
Perbedaan puisi lama dan puisi baru : Perbedaan yang signifikan antara puisi lama dan puisi baru adalah dari jumlah baris dan sajaknya. Jika puisi lama jumlah baris terbatasi sedangkan puisi baru jumlahnya tidak dibatasi.
Contoh Puisi Lama :
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Panakik pisau siraut
Ambil galah batang lintabung
Silodang ambil untuk niru
Yang setitik jadikan laut
Yang sekapal jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru
(Panghulu, 1978:2)
Contoh Puisi Baru :
contoh himne:
Judul: Tuhan
contoh ode:
Judul: Pak de
contoh epigram:
Asri nian itu taman
Kembang berwarna-warni bertebaran
Kupu-kupu berterbangan
Disela-sela dedaunan
Terdengar dentang cangkul beradu dengan batu
Di bawah pokok palem taman itu
Sesosok pria tua
Penuh peluh bercucuran
Dari pagi hingga petang
Tak kenal lelah merawat tumbuhan
Itu lah pak de
Pria tua yang bersahaja
Karena nya tmanitu kini
Bisa indah asri
Judul: Arti Hidup
contoh romance:
contoh eligi:
Judul: Sia-sia
contoh satire:
Judul: Gigit Jari
demikianlah updatean terbaru dari saya mengenai contoh puisi lama dan puisi baru. semoga kalian mendapatkan apa yang sedang kalian cari di blog ini
Contoh Puisi Lama Dan Puisi Baru
contoh mantra:
contoh pantun:
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita
(Roro Mendut, 1968)
contoh syair:
Bulan purnama cahaya terang Bintang
seperti intan Pungguk merawan
seorang-orang Berahikan bulan di tanah seberang
Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya
datang Dari saujana pungguk menentang
contoh gurindam:
contoh talibun:
contoh balada:
Judul: Minggu Kelabu
Minggu pagi kelabu
Kuberjalan tiada tentu
Angin sejuk menerpa rambutku
Baawa aku ketepi jalan itu
Bus berhenti tepat didepanku
Ku melangkah naik, lalu duduk dibangku
Kubuka jendela kaca
Pandanganku lempar keluar sana
Mataku terbelalak
Saat melihat balihonya
Ya, itu dia
Dia yang membuatku seperti ini
Dia yang menghancuurkan hidupku
Dia yang porak-porandakan keluargaku
Karena dia kami miskin
Karen adia kami melarat
Ku gapai wajahnya
Kucakar dia dengan kuku-kukuku
Hahahahaha
Aku ketawa penuh kepuasan
Dalam diam kusebut nama-Mu
Benar sungguh aku takut akan murka-Mu
Ku harap tuhan
Kan selalu sayang padaku
Karena kehendak-Mu aku ada
Ku hanya bisa
Berharap dan berdoa
Pada-Mu tuhan
Kasih sayang-Mu kuharapkan
Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hadup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup
Cinta akan terasa bahagia
Bila kita selalu bersama
Cinta tak kan indah
Bila kita jauh terpisah
Cinta akan abadi
Bila kita saling berbagi
Cinta akan sejati
Bila kita saling mengerti
Semilir angin pada senja
Bawa surat dari seberang sana
Dibaca ole si penerima
Penerima diam tampa kata
Hanya air mata
Mengalir jatuh kepipinya
Apakah gerangan isi suratnya?
Sampai berlinang air matanya
Ternyata sang kekasih diseberang
Duduk bersanding dengan seseorang
Si penerima jatuh ppingsan
Sia-sia dia dalam penantian
Semilir angin pada senja
Bawa duka, luka, derita
Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari